Saya Iwan Teguh Setiawan, S.Pd. Kepala sekolah SMP negeri 2 Siwalan Jika kamu ingin menjadi anak yang hebat, mulailah bukan dari hal-hal besar, tetapi dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang kita lakukan setiap hari. Di SMP Negeri 2 Siwalan, kami menghadapi tantangan yang tidak sederhana. Sekolah kami berada di wilayah yang sering terdampak rob, kadang halaman sekolah tergenang, ruang kelas lembap, dan aktivitas belajar mengajar harus terus menyesuaikan kondisi. Namun, justru di tengah kondisi itu kami belajar arti ketangguhan. Sejak Gerakan 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat dicanangkan pada Desember 2024, kami langsung bergerak. Program ini sejalan dengan budaya positif yang ingin kami bangun, bahkan menjadi penguat karakter bagi siswa kami yang terbiasa menghadapi situasi tidak nyaman karena rob. Pada 13 Januari 2025, setelah libur semester ganjil, program ini resmi kami mulai. Diawali pengarahan murid, sosialisasi orang tua, dan pengembangan Jurnal Harian sebagai alat untuk membentuk disiplin, meski lingkungan fisik sekolah tidak selalu ideal. Jurnal ini menjadi media pemantauan bersama orang tua, dan dikumpulkan setiap minggu kepada wali kelas. Pagi Ceria kami adakan dua kali seminggu. Kadang lapangan tergenang karena rob, tetapi kami tidak berhenti. Senam Anak Indonesia Hebat dilakukan di selasar, di depan kelas, bahkan di ruang yang sempit sekalipun. Yang penting, semangatnya tidak padam. Kami menyanyikan Indonesia Raya dan berdoa bersama, membangun rasa syukur meski berada dalam keterbatasan. Sederhana, tetapi memberi kekuatan besar untuk memulai hari. Tentu saja tantangan selalu ada. Tidak semua langsung antusias, apalagi ketika harus melewati genangan air untuk datang ke sekolah. Namun kami yakin, kebiasaan hebat hanya bisa terbentuk dengan komitmen kuat—bukan dengan keadaan yang serba mudah. Bagaimana kami memulai 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat? Kami mulai dari kebiasaan kecil: pengisian jurnal harian, disiplin hadir, menjaga kebersihan, dan belajar bertanggung jawab. Jika diperlukan, kami berkoordinasi dengan orang tua yang juga ikut merasakan dampak rob di rumah mereka. Tujuannya satu: perubahan nyata, bukan formalitas. Kami memberi teladan: salat berjamaah, datang tepat waktu meski harus melewati banjir, dan menyambut kehadiran murid dengan senyum meski sepatu masih basah karena rob. Awalnya Senam Anak Indonesia Hebat menjadi tantangan karena lahan dan ruang gerak berkurang akibat banjir. Namun gerakannya fleksibel, bisa dilakukan di mana saja, sehingga tetap bisa dilaksanakan serentak. Perubahannya nyata! Dulu ada 25 siswa yang sering terlambat, sekarang tidak ada lagi. Mereka datang lebih disiplin, bahkan ketika kondisi rob membuat akses ke sekolah sulit. Bangun pagi masih menjadi tantangan. Kadang alarm berbunyi, tapi rasa malas datang, apalagi saat cuaca dingin dan jalan tergenang. Namun dengan 7 Kebiasaan ini, anak-anak mulai belajar mengatur hari lebih baik. Mereka mulai sadar pentingnya makan bergizi, mulai terbiasa makan sayur, dan terbantu oleh program makan gratis yang membuat belajar lebih nyaman meski kondisi lingkungan tidak selalu mendukung. Mereka belajar mengatur waktu, menyelesaikan tugas tepat waktu, dan mulai memahami arti tanggung jawab yang tidak bisa ditunda hanya karena keadaan sulit. Di sekolah juga ada senam pagi, ibadah bersama, dan jurnal harian yang dicek oleh orang tua dan wali kelas. Semua itu sangat membantu membangun disiplin di tengah keterbatasan. Dukungan guru dan orang tua pun luar biasa. Mereka tetap hadir, tetap memantau, dan tetap menyemangati, meski lingkungan sekitar sering dipenuhi rob.
