专业的 Nuning AI 语音用于内容创作
使用 Nuning 的 AI 语音创建专业配音、有声读物和视频解说。试用免费演示 - 升级获得无限次生成。获得 0 位创作者的喜爱。
如何使用 Nuning 语音生成器
3个简单步骤即可创建专业配音
生成音频
点击生成,让 Nuning 的声音为您的文本注入生命
- 数秒内获得录音棚级品质效果
- 100% 免费试用 • 无需信用卡
使用 Nuning 的 AI 语音创建专业配音、有声读物和视频解说。试用免费演示 - 升级获得无限次生成。获得 0 位创作者的喜爱。
3个简单步骤即可创建专业配音
点击生成,让 Nuning 的声音为您的文本注入生命
“Kalau aku tahu akhirnya begini… mungkin aku nggak akan pernah ngenalin dia ke sahabatku sendiri.” Namaku Rani. Usia 24 tahun. Dan ini cerita tentang luka yang masih belum benar-benar sembuh. Tentang bagaimana rasanya berjuang sendirian… cuma untuk disakiti dua orang yang paling aku percaya. Dulu aku pernah jatuh cinta sama cowok yang biasa aja. Bukan anak sultan. Nggak punya kendaraan. HP-nya pun masih retak. Tapi dia baik, dan aku merasa cukup. Waktu itu, dia masih pengangguran. Tapi aku percaya dia punya potensi. Jadi aku bantu sebisaku. Aku bikinin CV-nya. Temenin dia nyari kerja. Aku yang bayarin makan, bahkan ngasih uang jajan… diam-diam dari uang tabunganku. Aku nggak pernah minta balasan apa-apa. Karena bagiku… cinta itu bukan soal dihitung-hitung. Tiga bulan kemudian, dia dapat kerja di tempat lumayan bagus. Gajinya nggak gede-gede amat, tapi cukup buat hidup. Dan saat itulah semuanya berubah. Dia mulai sibuk. Jarang chat duluan. Mulai jawab chatku dengan singkat. Kadang dua hari baru bales. Aku pikir, dia capek kerja. Jadi aku maklumi. Aku terus support dia, walau dalam hati, aku mulai merasa… aku nggak penting lagi. Sampai akhirnya hari itu datang. Aku lihat dia… berduaan sama sahabatku. Namanya Dina. Mereka duduk di café, posisi duduknya terlalu dekat… matanya terlalu saling menatap. Dan saat Dina lihat aku datang, dia kaget. Wajahnya pucat. Tapi cowok itu—Raka, malah senyum datar, seolah nggak ada yang salah. Beberapa hari kemudian, aku dapat kabar kalau mereka jadian. Bukan dari mereka… tapi dari story WhatsApp orang lain. Sakit? Banget. Apalagi aku tahu, Dina tahu semua perjuanganku selama ini. Dia saksi aku nangis, aku nyimpen uang demi beliin Raka sepatu pertamanya buat kerja. Dan sekarang… dia yang pegang tangan Raka. Mereka jalan-jalan, ketawa bareng, dan aku cuma bisa lihat dari layar. Seolah perjuanganku dulu… nggak pernah berarti apa-apa. Aku sempat tanya ke Dina: “Kenapa kamu tega?” Dia jawab, “Maaf, aku juga nggak nyangka bisa jatuh cinta sama dia…” Dan tahu nggak… yang paling nyakitin? Raka nggak pernah minta maaf. Nggak pernah ngasih penjelasan. Dia cuma… hilang. Seolah aku nggak pernah ada dalam hidupnya. Sekarang… aku udah nggak berharap apa-apa lagi dari mereka. Aku udah belajar… Kalau cinta yang tulus, bukan soal siapa yang lebih banyak ngasih, tapi siapa yang tetap tinggal saat semuanya udah mulai enak. Dan sahabat sejati… nggak akan pernah jatuh cinta sama orang yang kamu perjuangin. > “Aku pernah jadi orang yang terlalu sayang sampai lupa dihargai. Tapi sekarang… aku belajar untuk nggak nyari cinta, sebelum aku bisa cinta diri sendiri dulu.”